Jumat, 11 Desember 2015
Skema Rangkaian Subwoofer
Rangkaian subwoofer ini harus mengeluarkan suara yang bisa mencukupi dan memenuhi standar kemampuan pendengaran manusia. Usahakan suara yang dihasilkan berkisar di frekuensi sedang. Jangan terlalu nyaring dan juga terlalu rendah yang bisa mengakibatkan suara kurang nyaman didengar. Oleh sebab itu perangkat speaker difungsikan untuk membantu proses pengaliran suara tersebut. Akan tetapi perangkat speaker mempunyai keterbatasan dalam melakukan proses aliran suara ini di area-area dengan frekuensi yang tidak bisa dijangkaunya.
Rangkaian subwoofer ini memang berguna untuk menambahkan rentan frekuensi pengeras suara yang memiliki frekuensi lebih tinggi. Dan di dalam rangkaian subwoofer ini, biasnaya terdapat beberapa transduser pengeras suara dimana berfungsi untuk menghentikan tekanan udara ketika melawan deformasi. Speaker yang bisa digunakan dalam rangkaian subwoofer ini sangat bervariasi. Speaker yang biasa menerima frekunesi 3500 Hz sampai dengan 20 KHz ini memang bekerja di frekuensi yang tinggi. Sementara speaker Midrange mampu menangkap frekuensi dari 350 Hz sampai 4500 Hz. Sedangkan speaker Midwoofer mampu menangkap frekuensi sebesar 80 – 350 Hz dan speaker yang mampu menangkap frekuensi di bawah 40 Hz.
Untuk urusan desain, tentu saja skema rangkaian subwoofer bisa dikreasikan. Dan rata-rata adalah menggunakan desain reflek bass dimana menggunakan radiator pasif. Biasanya desain ini memiliki ukuran yang sedang dan juga tidak terlalu besar serta memiliki harga cenderung murah. Dan rangkaian atau perangkat subwoofer ini memiliki transduser yang didukung oleh perangkat diluar subwoofer tersebut.
Rangkaian Amplifier
Besaran gain dalam power amplifier berkisar antara 20 kali sampai 100 kali dari signal output. Jadi dapat kita simpulkan bahwa gain merupakan hasil bagi dari daya dibagian output dengan daya di bagian inputnya dalam bentuk fungsi frekuensi. Ukuran dari gain sendiri biasanya memakai decibel (dB). Dalam bentuk rumus, hal ini dinyatakan sebagai berikut : G(dB)=10log(Pout/Pin)).
Amplifier sendiri merupakan perangkat yang sebagian kecil banyak menggunakan sejumlah energi untuk dapat mengendalikan jumlah energi yang dihasilkan. Hubungan dari rangkaian elektronika dengan rangkaian amplifier adalah masukan dan keluaran dalam yang biasanya dinyatakan sebagai fungsi frekuensi input atau fungsi transfer penguat dan besar dari fungsi transfer.
Gambar Skema Rangkaian Amplifier
Jenis Amplifier yang sudah ada sekarang bervariasi, contohnya: OTL, BTL dan OCL yang sudah banyak dijual sebagian toko elektronik. Setiap jenis amplifier juga memiliki kelebihan dan kekurangan, berikut ini kami jelaskan dari masing-masing jenis amplifier :
- OTL (Output Transformer Less = keluaran tanpa trafo) adalah amplifier yang menggunakan elco sebagai pengganti dari transformator, misalkan nilai 2200 uF untuk amplifier yang memiliki watt besar. Pada umumnya tegangan rangkaian amplifier ini hanya + (positif) dan – (negatif / ground).
- BTL (Bridge Transformator Less) adalah amplifier yang digabung dengan metode jembatan (Bridge) dengan jenis OCL. Sehingga power outputnya menjadi 2 kali lipat dari power Rangkaian Amplifier OCL.
Dalam bagian rangkaian amplifier, proses penguatan audio di bagi menjadi dua kelompok penting, yaitu bagian penguat signal tegangan yang banyak menggunakan susunan transistor darlington dan bagian penguat arus susunan transistor paralel dan masing-masing transistor berdaya besar akan menggunakan sirip pendingin untuk membuang panas ke udara. Sekarang ini banyak yang menggunakan transistor simetris komplementer. Demikian penjelasan singkat mengenai rangkaian amplifier dan jenis-jenis amplifier. Baca juga artikel elektronika lainnya, seperti Rangkaian Komparator, Rangkaian Elektronika Sederhana dan Rangkaian Seri.
Teknik Dasar Elektronika
Teknik dasar elektronika adalah hal – hal yang harus diketahui oleh para pemula yang ingin mempelajari dunia elektronika sebelum mereka mulai mempelajari ilmu – ilmu aplikasi dari elektronika itu sendiri. Teknik dasar ini meliputi banyak definisi dasar tentang istilah – istilah yang akan sering ditemui oleh para pemula di bidang elektronika. Teknik dasar ini juga akan menjelaskan tentang berbagai alat elektronika yang akan mereka gunakan di kala mereka sudah mencapai taraf pembelajaran ilmu aplikasi elektronika.
Dasar elektronika harus betul – betul dikuasai oleh para pemula di bidang elektronika karena tanpa pengetahuan dasar ini mereka bisa saja mengacuhkan potensi bahaya yang akan dihadapi oleh orang – orang yang berkecimpung di dunia elektronika. Adapun bahaya – bahaya yang sering dihadapi oleh para penggiat elektronika adalah sengatan listrik, luka bakar, dan bahkan cacat permanen. Dengan mengetahui teknik – teknik dasar tersebut diharapkan nantinya akan mempersempit kemungkinan terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh ketidak tahuan dan meningkatkan mutu kerja para pelaku elektronika.
Pengetahuan Teknik Dasar Elektronika
Teknik dasar elektronika berisi tentang beberapa pengetahuan dasar yang harus diketahui oleh seluruh peminat elektronika sebelum mereka mempelajari teknik aplikasinya karena tanpa mengetahui dasarnya akan memperbesar kemungkinan terrjadinya kecelakaan. Dasar elektronika yang pertama adalah mengetahui apa itu ilmu elektronika.
Ilmu elektronika adalah cabang ilmu teknik elektro yang berhubungan dengan berbagai material dalam berbagai konfigurasi atau struktur yang dapat mengatur tegangan, daya, frekwensi, tahanan, dan arus listrik. Contoh dari kegiatan pengaturan – pengaturan tersebut bisa kita lihat di kehidupan sehari – hari seperti sistem lampu rumah, sistem tuning radio, sistem pengaturan kecepatan blade blender, dan lain – lain. Agar tidak terjadi kecelakaan di dalam pengerjaannya, para penggiat elektronika harus mengetahui cara menghindari kecelakaan kerja di dunia elektronika.
Salah satu hal yang perlu kita ketahui dari teknik dasar elektronika adalah listrik berasal dari lompatan elektron pada suatu atom ke electron atom lain yang tidak seimbang sehingga pergerakan tersebut menimbulkan suatu energy yang akan terus berjalan hingga penghantarnya berakhir atau terputus. Untuk melakukan lompatan, elektron memerlukan suatu penghantar yang mempunyai konduktifitas yang tinggi atau biasa disebut konduktor yang mempunyai kemampuan tinggi untuk melepas lektron. Sedangkan lawan dari konduktor adalah isolator yang memiliki kemampuan yang rendah untuk melepas elektron sehingga listrik tidak mampu mengalir di benda – benda yang bersifat isolator. Oleh karena itu, para penggiat elektronika harus selalu membawa alat bantu bersifat isolator agar menghindari kecelakaan seperti terkena arus listrik.
Teknik dasar elektronika yang lain adalah dengan mengetahui alat – alat apa saja yang akan menjadi pegangan para penggiat elektronika selama mereka berada di dunia elektronika. Alat yang pertama adalah resistor. Resistor adalah adalah suatu komponen elektronika yang didesain untuk memiliki dua kutub yang nantinya dapat digunakan untuk menahan arus listrik apabila di aliri tegangan listrik antara kedua kutub tersebut. Resistor adalah komponen yang terbuat dari bahan isolator yang didalamnya mengandung nilai tertentu sesuai dengan nilai hambatan yang diinginkan.
Fungsi dari resistor sendiri adalah untuk digunakan sebagai penahan arus sementara sebelum arus tersebut diproses dan disalurkan pada komponen elektronika lainnya. Alat yang kedua adalah kapasitor. Kapasitor adalah perangkat komponen elektronika yang berfungsi untuk menyimpan muatan listrik dan terdiri dari dua konduktor yang dipisahkan oleh bahan penyekat pada tiap konduktor atau yang disebut keping. Kapasitor berfungsi untuk penyimpan muatan listrik. Selain berfungsi sebagai penyimpan listrik, kapasitor juga dapat digunakan sebagai penyaring frekuensi. Alat ini termasuk salah satu hal yang harus dipelajari di dalam teknik dasar elektronika.
Rangkaian Elektronika LED
Rangkaian Elektronika LED sederhana memang tidak serumit rangkaian LED yang rumit, tetapi bagi pemula, rangkaian sederhana ini bisa menjadi suatu hal yang membingungkan karena masih asing terhadap apa – apa yang ada di dalamnya dan bagaimana cara kerjanya. Untuk membuat rangkaian LED kita harus menyediakan komponen – komponen elektronika seperti resistor 1 Kohm dan 220 Ohm secukupnya, lampu LED beberapa buah, variabel resistor 10 Kohm, Kapasitor tipe elco 100uF, IC 555 dan IC4017. Komponen – komponen itulah yang nanti akan disusun sedemikia rupa agar kita bisa mendapatkan suatu pola lampu yang rapi dan teratur.
Rangkaian LED ini terdiri dari dua buah rangkaian yaitu rangkaian counter dan rankaian logika frekuensial. Rangkaian counter IC555 merupakan sumber utama clock yang akan mencacah IC4017 untuk menghasilkan sebuah rangkaian LED yang menyala bergantian dari yang paling awal hingga yang akhir demikian seterusnya. Rangkaian LED sederhana di atas bersifat Astable dan dikombinasikan dengan counter IC yang memiliki 10 output. Cara bekerjanya adalah arus listrik yang mengalir ke dalam rangkaian ini akan diantarkan oleh IC counter yang kemudian membaginya lewat IC4017 dengan konsentrasi waktu tertentu sehingga nantinya lampu LED yang terpasang akan menyala secara bergantian. Jika lampurangkaian elektronika LED tidak menyala dengan benar, maka mungkin IC counternya atau IC4017 nya harus diperiksa ulang.
Rangkaian Sirine Polisi
Rangkaian Sirine Polisi biasanya digunakan oleh mobil polisi untuk kegiatan yang mendesak atau khusus. Seperti mengejar penjahat, mengiringi rombongan pejabat, Presiden hingga ke tamu negara yang sedang berkunjung. Dan anda juga bisa membuat rangakain sirine ini sendiri. Rangkaian sirine ini merupakan alat yang menghasilkan suara dan atau bunyi sebagai tanda bukti bahwa telah terjadi sesuatu. Dan biasanya pula range atau jarak dengar bisa sangat jauh guna memberikan peringatan tersebut.
Pada prinsipnya, sistem kerja rangkaian sirine mobil polisi akan menggunakan arus DC yang mengalir ke dalam rangkaian tersebut. Nanti terdapat saklar yang akan difungsikan sebagai tombol ON dan OFF. Jika saklar ditekan, maka arus akan mengalir di dalam rangkaian dan akan mengeluarkan . Jika anda melihat film-film Hollywood, tentu anda sudah pernah melihat bagaimana mobil polisi beraksi. Lampu polisi akan diletakkan di atas yang dibarengi dengan suara sirine yang sangat nyaring.
Gambar Skema Rangkaian Sirine Polisi
Sementara prinsip kerja atau sistem kerja dari rangkaian sirine mobil polisi ini adalah ketika aliran sinyal mengalir di dalam rangkaian atau telepon yang akan membuat lampu sirine akan menyala secara otomatis. Nyala lampu ini tentu sudah bisa memberitahukan kepada orang yang melihat bahwa terdapat sebuah kejadian atau peristiwa meskipun sirine belum terdengar. Ada banyak jenis dan juga cara yang digunakan untuk membuat rangkaian sirine mobil polisi. Salah satunya adalah dengan menggunakan handphone untuk pengoperasiannya.
Untuk membuat rangkaian sirine polisi, ada beberapa daftar komponen yang harus anda miliki. Diantaranya adalah :
- IC NEE555 : 2 buah
- Resistor 47 KOhm : 1 buah
- Resistor 2,2 KOhm : 2 buah
- Kapasitor 47 uF : 1 buah
- Kapasitor 0,01 uF : 1 buah
- Kapasitor 1 uF/16V: 1 buah
- Kapasitor 0,1 uF: 1 buah
- Potensiometer 47 KOhm : 1 buah
- Potensiometer 100 KOhm : 1 buah
- Speaker : 1 buah
- Micro Switch : 1 buah
- Power Supply 5V – 15V
Komponen IC berfungsi sebagai astable multivibrators. Komponen IC NE555 ini akan mengontrol frekuensi dari rangkaian sirine polisi. Ketika saklar diaktifkan, maka suara sirine akan langsung berbunyi. Demikian penjelasan singkat mengenai rangkaian sirine polisi, semoga artikel rangkaian kali ini dapat berguna dan bermanfaat. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Rangkaian Audio Mixer, Rangkaian Bel dan Rangkaian Alarm Motor
Rangkaian AVR
Rangkaian AVR berfungsi untuk mengatur arus penguatan atau eksitasi pada perangkat exciter. Sistem pengoperasian pada rangkaian AVR atau biasa disebut Automatic Voltage Regulator berfungsi guna menjaga tegangan generator tetap stabil. Jika tegangan output pada genset di bawah besaran genset, maka rangkaian AVR bertugas memperbesar arus eksitasi di exciter. Begitu juga dengan keadaan sebaliknya, apabila tegangan Generator melebihi besaran, maka rangkaian AVR akan mengurangi arus di exciter. Dan rangkaian AVR ini akan menstabilkan tegangan.
Rangkaian AVR sendiri dioperasikan dengan mendapat 1 daya secara permanen dari magnet generator atau PMG Dan rangkaian AVR ini juga mendapat sensor dari komponen potencial transformer atau biasa disebut PT dan juga current transformer atau biasa disebut CT.
Gambar Skema Rangkaian AVR
Dan berikut bagian penting pada rangkaian AVR :
SENSING CIRCUIT
Sensing circuit memiliki respon yang sangat cepat kepada tegangan dari perangkat genset atau generator. Output dari tegangan ini memiliki perbandingan lurus dengan output dari Generator.
Sensing circuit memiliki respon yang sangat cepat kepada tegangan dari perangkat genset atau generator. Output dari tegangan ini memiliki perbandingan lurus dengan output dari Generator.
COMPARATIVE AMPLIFIER
Sementara rangkaian ini berfunsi untuk pembanding antara komponen sensing circuit dan juga voltage. Besaran dari sensing voltage tidak memiliki nilai yang sama, sehingga selisih disebut error voltage.
Sementara rangkaian ini berfunsi untuk pembanding antara komponen sensing circuit dan juga voltage. Besaran dari sensing voltage tidak memiliki nilai yang sama, sehingga selisih disebut error voltage.
AMPLIFIER CIRCUIT
Besaran arus pada komponen diode dan juga resistor merupakan rangkaian penguat utama atau juga penguatan pada titik terendah di dalam rangkaian tersebut.
Besaran arus pada komponen diode dan juga resistor merupakan rangkaian penguat utama atau juga penguatan pada titik terendah di dalam rangkaian tersebut.
AUTOMATIC MANUAL CHANGE OVER AND MIXER CIRCUIT
Rangkaian Auto manual ini utnuk melakukan pemindahan hubungan dan juga untuk melakukan kontrol tegangan pada perangakt generator. Auto manual change over and mixer circuit beroperasi secara manual yang membuat rangkaian AVR (automatic voltage Rregulator) akan bekerja.
Rangkaian Auto manual ini utnuk melakukan pemindahan hubungan dan juga untuk melakukan kontrol tegangan pada perangakt generator. Auto manual change over and mixer circuit beroperasi secara manual yang membuat rangkaian AVR (automatic voltage Rregulator) akan bekerja.
LIMITED CIRCUIT
Limited circuit berfungsi untuk melakukan pembatasan pada sistem excitacy.
Limited circuit berfungsi untuk melakukan pembatasan pada sistem excitacy.
PHASE SYNCRONIZING CIRCUIT
Komponen tyristor berfungsi untuk melakukan kontrol tegangan output yang menggunakan sinyal kontrol di bagian gerbang tyristor.
Komponen tyristor berfungsi untuk melakukan kontrol tegangan output yang menggunakan sinyal kontrol di bagian gerbang tyristor.
THYRISTOR FIRING CIRCUIT
Komponen ini bertugas untuk melengkapi tyristor guna memberikan sinyal kontrol di bagian gerbang tyristor.
Komponen ini bertugas untuk melengkapi tyristor guna memberikan sinyal kontrol di bagian gerbang tyristor.
DUMPING CIRCUIT
Dumping circuit berfungsi untuk memberikan sensor dari AC exciter yang akan dialirkan ke amplifier circuit.
Dumping circuit berfungsi untuk memberikan sensor dari AC exciter yang akan dialirkan ke amplifier circuit.
MEL (MINIMUM EXCITACY LIMITER)
Komponen ini bisa mencegah terjadinya besara keluaran yang berlebihan di perangkat generator.
Komponen ini bisa mencegah terjadinya besara keluaran yang berlebihan di perangkat generator.
AUTOMATIC FOLLOWER
Rangkaian Automatic Follower biasa berfungsi untuk melakukan deteksi output regulator dari sinyal tegangan error yang berfungsi melakukan pengoperasian otomatis manual adjuster.
Rangkaian Automatic Follower biasa berfungsi untuk melakukan deteksi output regulator dari sinyal tegangan error yang berfungsi melakukan pengoperasian otomatis manual adjuster.
Demikian penjelasan singkat mengenai rangkaian AVR, semoga rangkaian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi anda semua. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Rangkaian Mesin Motor, Rangkaian Lampu Blitz dan Rangkaian Mesin Cuci.
Rangkaian Lampu Otomatis
Rangkaian Lampu Otomatis adalah sebuah rangkaian yang bisa menghidupkan dan mematikan lampu yang dilakukan secara otomatis. Biasanya rangkaian ini hanya dilakukan pada malam hari atau disaat membutuhkan penerangan. Biasanya rangkaian lampu otomatis ini terletak di area-area publik. Lampu-lampu taman, lampu jalan raya yang tentu sudah sering anda temukan bisa mati dengan sendirinya. Dan beberapa benda lainnya adalah lampu-lampu di jalanan umum. Seperti yang sudah dibicarakan tadi, bahwa lampu di area jalan raya dan juga lampu taman kadang bisa mematikan lampu dengan sendirinya ketika pagi atau siang hari. Dan rangkaian lampu otomatis ini bisa memprediksi kapan waktu siang dan malam sehingga membuat lampu otomatis ini mati dengan sendirinya.
Anda bisa membuat sendiri rangkaian lampu otomatis tersebut. Di rangkaian tersebut biasanya terdapat transistor yang bisa digunakan untuk mengontrol alat dengan daya yang cukup tinggi. Biasanya pula tegangan dengan arus yang lebih besar dari saklar transistor tersebut diperlukan oleh alat tersebut. Anda harus memakai relay, pasalnya pada lat ini menggunakan saklar arus AC yang memiliki nilai atau daya yang lebih besar dibandingkan dengan nilai transistor itu sendiri. Belum lagi daya tegangan yang juga tinggi.
Gambar Skema Rangkaian Lampu Otomatis
Pada skema di atas, anda bisa perhatikan skema lampu malam otomatis. Dan pada rangkaian tersebut menggunakan sensor cahaya yang berfungsi sebagai indera dalam rangkaian tersebut. Jika transistor yang difungsikan untuk mendeteksi cahaya mendapatkan sinyal intensitas cahaya rendah, maka transistor tersebut akan mengaktifkan relay yang terdapat di dalam rangkaian tersebut. Sehingga lampu dalam keadaan hidup. Sementara keadaan sebaliknya akan terjadi jika transistor menerima intensitas cahaya yang tinggi. Sehingga transistor akan mematikan relay tersebut. Fungsi dari relay pada rangkaian tersebut untuk mematikan dan menghidupkan saklar yang menyambungkan aliran listrik di dalam rangkaian tersebut. Dan komponen dioda juga di tambahkan pada rangkaian lampu otomatis tersebut untuk mencegah arus balik yang bisa saja terjadi. Sementara resistor memiliki fungsi sebagai pengatur penerimaan intensitas cahaya. Demikian sedikit ilmu mengenai rangkaian lampu otomatis yang sering anda temui di taman dan jalan umum.
Rangkaian Pintu Otomatis
Rangkaian Pintu Otomatis tentu sudah sering anda lihat di mal atau kantor-kantor besar. Rangkaian pintu ini merupakan rangkaian yang sangat sederhana dimana akan bisa membuka pintu secara elektronik atau otomatis. Dan bukan dengan cara manual atau memakai tangan secara langsung. Dan tidak hanya di pintu mal saja, anda bisa menerapkannya di pintu-pintu rumah anda seperti garasi atau gerbang. Apalagi kadang kala rasa segan saat turun membuka pintu garasi dan juga gerbang memang sudah sering anda rasakan saat menggunakan mobil atau motor. Belum lagi jika anda tidak memiliki satpam yang biasanya membantu anda. Bisa jadi kaki anda akan lemas cuma buat membuka pintu gerbang atau garasi. Dengan membuat pintu otomatis ini, tentu saja anda bisa memudahkan kinerja.
Pada rangkaian pintu otomatis ini, diperlukan catu daya atau sumber tegangan dengan menggunakan baterai dengan nilai sebesar 9 V. Komponen saklar kontak akan digunakan untuk membuka secara manual dan juga menutupnya. Komponen Relay K1 merupakan jenis komponen dengan daya 9 V. Sementara pada komponen relay K2 merupakan jenis yang menempel pada Vac 117 yang secara otomatis akan mengunci ketika ledakan pertama arus dan terbuka pada ledakan kedua. Berikut skema gambar pada rangkaian pintu otomatis ini.
Pada prinsipnya, rangkaian pintu otomatis ini bekerja dengan sangat sederhana. Cara kerjanya adalah Ketika pada komponen LASCR tersebut tidak digunakan, maka sumber cahaya akan memicu unit LASCR ke arah konduksi. Hal ini tentu akan menyebabkan arus mengalir ke dalam kumparan relay. Setelah hal tersebut terjadi, tentu saja akan menyebabkan komponen kontak K1 akan menutup sehingga membuat komponen pada K2 bertenaga yang akan segera menutup kontaknya. Setelah ini akan mengoperasikan motor pintu garasi atau gerbang untuk membuka dan menutup pintu tersebut. Tentunya dengan rangkaian pintu otomatis ini, anda tidak perlu repot-repot untuk membuka dan menutup pintu secara manual lagi dan akan semakin mudah. Demikian penjelasan singkat mengenai rangkaian pintu yang dibuat secara otomotis, semoga rangkaian ini berguna dan bermanfaat bagi pembaca.
Rangkaian CDI
Rangkaian CDI yang memiliki kepanjangan Capasitive Discharge Ignition ini mempunyai fungsi sebagai rangkaian elektronik pada motor yang bertugas untuk mengatur perapian dengan mengosongkan kapasitor pada rangkaian tersebut. Bagi anda yang gemar dunia otomotif, tentu saja nama CDI sudah menjadi makanan sehari-hari. Namun berbeda dengan orang awam yang tentu saja masih asing mendengar nama CDI. Kegunaan dari CDI ini memang vital. Dan tentu saja CDI memiliki keunggulan yaitu :
- Melakukan pengefisiensi Bahan Bakar Minyak atau BBM pada motor
- Bisa menyamakan besaran tegangan yang keluar dengan besaran muatan kapasitor di motor tersebut
- Meningkatkan tenaga.
Dan biasanya setiap sepeda motor memiliki bentuk CDI yang berbeda. Untuk motor dengan silinder tunggal, CDI dengan satu bunga api menjadi alat bantu utama. Sementara untuk motor dengan silinder banyak, CDI dengan bunga api yang cukup banyak dan besar menjadi rangkaian yang bisa anda temukan disini. Dan anda juga bisa membuat sendiri rangkaian CDI sederhana tersebut.
Gambar Skema Rangkaian CDI
Pada skema Rangkaian CDI tersebut, rangkaian ini menggunakan komponen IC IR 2155 sebanyak 2 buah. Kedua komponen ini memiliki tugas dan fungsi yang berbeda. Yang pertama digunakan untuk switch, sementara yang lain digunakan untuk inverter. Untuk rangkaian switch sendiri, dalam skema rangkaian ini menggunakan mosFET IRF822 yang memiliki frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan transistor atau SCR hingga melebihi 20 kHz. Sedangkan untuk inverternya, menggunakan mosFET MTP3055SE.
Prinsip kerja dari CDI diatas adalah :
- Mengambil hasil penguapan BBM dari dalam Karburator
- Mengompres atau memberikan tekanan uap kepada BBM (Bahan Bakar Minyak) pada motor.
- Lalu pembakaran kepada uap yang sudah dikompres atau ditekan
- Dan yang terakhir adalah pembuangan gas hasil dari pembakaran tersebut.
Dengan menggunakan CDI tentu saja kinerja motor anda lebih maksimal dan juga irit. Dan tentu saja anda bisa membuat sendiri Rangkaian CDI ini untuk anda gunakan secara pribadi.
Tutorial Membuat Program Sederhana Menggunakan C++
Beikut ini adalah tutorial membuat program C++ yang sederhana. Tapi sebelum kita membuat program, kita perlu mengetahui apa yang ada & apa yang harus kita tulis pada program tersebut!. Daripada kebanyakan komentar, mending langusng saja kita ke TKP!!! :)
Berikut ini adalah bagian-bagian dalam pembuatan program C++:
1. Include Directive
Yaitu beberapa file yang memungkinkan digunakan pada program yang dibangun pada C++. File tersebut biasanya memiliki ekstensi .h, yang merupakan definisi dari header file.
2. Main Section
Main section merupakan body suatu program dan main merupakan suatu fungsi. Main section berisi heading (seperti judul) dan diikuti dengan dua kurung kurawal {}.
3. Struktur Dasar Pemrograman
Pada setiap program yang kita tulis, terlihat struktur dasar dari program yang terdiri dari tiga atau empat bagian, antara lain :
1. Deklarasi variables
2. Assignment variables
3. Manipulation variables
4. Cetak nilai Variable
Berikut ini adalah contoh program untuk menghitung Luas Lingkaran dengan memasukkan nilai dari Jari-jari dan nilai Phi=3.14.
#include <iostream>
#include <conio.h>
#include <conio.h>
using namespace std;
main()
{
double r,pi,luas;
pi=3.14;
{
double r,pi,luas;
pi=3.14;
cout<<“Masukkan Jari-Jari: “;
cin>>r;
cin>>r;
luas=pi*r*r;
cout<<“\n\nLuas Lingkaran adalah: “<<luas;
getch();
}
getch();
}
Sekian postingan dari saya, bila banyak kesalahan dalam saya menulis saya mohon maaf. Selamat mencoba!!!!!